Top
Begin typing your search above and press return to search.

Salim Segaf: Pemimpin harus mendengar aspirasi rakyat  

Ketua Majelis Syura PKS, Salim Segaf al-Jufri menegaskan setiap pemimpin harus mendengarkan aspirasi rakyat, meskipun mereka berasal dari golongan rakyat jelata (wong cilik).

Salim Segaf: Pemimpin harus mendengar aspirasi rakyat  
X
Sumber foto: Istimewa/elshinta.com.

Elshinta.com - Ketua Majelis Syura PKS, Salim Segaf al-Jufri menegaskan setiap pemimpin harus mendengarkan aspirasi rakyat, meskipun mereka berasal dari golongan rakyat jelata (wong cilik). Hal itu ditegaskan saat bertemu dengan tokoh ulama kharismatik di Mekah, Sayid Ahmad bin Sayid Muhammad Al-Alawi Al-Maliki. Sayid Ahmad adalah putra dari Sayid Muhammad yang menjadi rujukan bagi ulama dan masyarakat Indonesia.

Ramadan merupakan momen penuh berkah untuk memperkuat silaturahim dan meningkatkan ilmu pengetahuan. Dengan semangat itu, Habib Salim Segaf al-Jufri Bersama Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Mahfudz Abdurrahman (Bendum), dan Jazuli Juwaeni (Ketua Fraksi PKS DPR RI) mengunjungi kediaman Sayid Ahmad di kawasan Rusaifah. Saat tiba di kediaman Sayid Ahmad, sedang berlangsung shalat tarawih dan dilanjutkan dengan kajian kitab Al-Zukhair al-Muhammadiyah karya Sayid Muhammad Alwi Al-Maliki. Pengajian tersebut diikuti tokoh ulama dan habaib dari kota Mekah dan negara lain, serta ratusan warga dan santri, termasuk dari Indonesia.

Dalam pesannya, Sayid Ahmad menjelaskan: “Rasulullah Saw adalah makhluk paling mulia dan bersih hatinya. Namun, ternyata saat Muhammad Saw masih kecil telah dibersihkan hatinya oleh malaikat. Mengapa harus dibersihkan? Padahal, jika Allah Ta’ala berkehendak maka penciptaan Muhammad Saw bisa disucikan dari awal.”

Ternyata, Allah Ta’ala bermaksud senantiasa melindungi dan menjaga Rasulullah Saw dari segala potensi kekotoran hati dan jiwa. Tatkala Muhammad Saw diasuh Halimah di kampung Bani Saad, pada usia empat atau lima tahun, didatangi Malaikat Jibril untuk dicuci hatinya dengan air zamzam. Hal itu diriwayatkan dalam hadits Imam Muslim.

“Peristiwa pembelahan dada dan pembersihan hati itu terjadi kembali sebelum Muhammad Saw menerima wahyu yang pertama di Gua Hira. Selanjutnya, saat Nabi Muhammad Saw hendak naik ke Sidratul Muntaha pada peristiwa Isra Mi’raj. Hikmah peristiwa itu adalah proses penyucian jiwa harus dilakukan secara kontinu,” ujar Sayid Ahmad. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud, al-Baihaqi, Abu Nu’aim dan Harits.

Di sela-sela ceramah dibacakan shalawat dan zikir. Para jamaah juga mencicipi kopi, kurma dan kue khas Arab yang diedarkan berkeliling. Kemudian Sayid Ahmad memperkenalkan tamunya, Habib Salim Segaf yang sudah dikenal sejak zaman ayahnya masih hidup. Terlebih lagi saat Salim Segaf menjadi Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi (2004-2009).

Ketika dipersilakan memberi tausyiah singkat, Salim Segaf mengutip al-Qur’an, surat An-Naml ayat 18: “Hingga ketika mereka (tantara Raja Sulaiman) sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”

Salim menguraikan beberapa hikmah dari kisah Raja Sulaiman (yang tak ada tandingan kuasanya di dunia) berinteraksi dengan seekor semut. Sulaiman mengerti bahasa hewan dan serius menyimak suara makhluk kecil seperti semut. “Setiap pemimpin harus mendengarkan jeritan suara rakyat, apalagi dari kalangan rakyat jelata. Sebab mereka tidak punya saluran komunikasi langsung. Padahal mereka mengkhawatirkan keamanan dan keselamatan jiwanya,” ungkap Salim Segaf dalam bahasa Arab fasih.

Sikap para semut sebagai rakyat kecil juga konstruktif karena memilih berlindung di sarangnya. Tidak melakukan tindakan anarkis semisal menyerang pasukan tentara Sulaiman yang mungkin berakibat lebih fatal. Walaupun mengeluh dan menjerit, para semut tetap berbaik sangka: mungkin pasukan Sulaiman tidak menyadari efek perbuatannya yang akan mencelakakan rakyat sendiri. “Demikianlah al-Qur’an mengajarkan kepada kita, bagaimana interaksi dan komunikasi antara pemimpin dan rakyatnya. Hindari jalan kekerasan dan berburuk sangka,” simpul Salim Segaf yang juga menjabat Wakil Ketua Persatuan Ulama Muslim Sedunia. IUMS adalah organisasi seperti MUI di level internasional.

Tausyiah Salim Segaf direspon jenaka oleh Sayid Ahmad. “Tapi, mendengar jeritan semut, Raja Sulaiman tidak marah. Malah tersenyum dan tertawa, lalu mengingatkan bala tentaranya agar berhati-hati melangkah,” sahut Sayid Ahmad sambil mengutip lanjutan surat An-Naml ayat ke-19.

“Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS An-Naml: 19)

Pertemuan Salim Segaf dengan Sayid Ahmad berlangsung akrab. Para jamaah dan santri ada yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka melihat tokoh PKS sangat dengan kalangan ulama dan habaib, namun tetap berkomitmen membela rakyat kecil.

Sumber : Elshinta.Com

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire